Lau Kawar |
Tanah
Karo – Selain Danau Toba yang terkenal akan keindahan alam,
Sumatera Utara ada danau lain yang juga tidak kalah terkenal, yaitu Danau Lau
Kawar. Danau ini terletak di Desa Kutagugung, Kecamatan Naman Teran (dulu
Kecamatan Simpang Empat), di bawah kaki gunung berapi Sinabung, Kabupaten Karo,
Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat setempat percaya bahwa danau yang terbentuk
secara alami ini memiliki cerita tersendiri, dan kini telah masuk ke ranah
budaya cerita rakyat Indonesia.
Sebelum menelisik Danau Lau Kawar dan
Gunung Sinabung, baik untuk para pembaca untuk mengetahui tetang Kabupaten
yanag berada di dataran tinggi ini. Secara administratif gunung sinabung
termasuk dalam kabupaten Karo yang terletak di kecamatan Simpang empat. Gunung
yang berkaki danau itu masih tergabung dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Hutan yang dimiliki oleh gunung sinabung merupakan hutan lindung berupa hutan
alam pengunungan yang tergabung dalam Tahura Bukit Barisan (BB).
Kabupaten Karo merupakan salah
satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. ibu kota kabupaten ini
terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 dan
berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di
dataran tinggi Karo yang juga merupakan jajaran Bukit Barisan Sumatera Utara.
Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara.
Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600
sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut,
Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk
dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C.
Gunung Sinabung bersama Sibayak di
dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung
ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara.
Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Koordinat puncak
gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.
Eksotisnya Gunung sinabung ini
terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1.400 meter di atas permukaan laut
dengan perbandingan kecuraman 40 % , luas 72.737 ha dan dengan
jumlah presentase 34.19 %. Rute di mulai dengan melewati kawasan Pancur
Batu, Pemandian Sembahe, Bumi Perkemahan Sibolangit, dilanjutkan jalan berliku
dengan kanan kiri rumah penduduk, pengunungan, kebun sayur, pohon pinus,
semakin indah saat bulan purnama dan keadaan cerah maka ribuan bintang akan
memayungi para penikmat alam.
Sementara, Danau Lau Kawar sendiri
berada berdampingan dengan Gunung Sinabung itu sendiri dan berada di
bawah kaki gunung berapi Sinabung terlihat begitu indah dan sangat sejuk
(eksotis). Danau ini juga sangat diminati oleh para wisatawan lokal dan
mancanegara selain sebagai tempat kunjungan utama selain ke Danau Toba
dan Berastagi.
Di danau Lau Kawar, sering diminati oleh
wisatawan yang datang kelokasi camping ini juga kerab memacakan tenda dan
menginap. Apalagi danau ini sangat diminati oleh anak-anak sekolah dan
Mahasiswa (MAPALA) untuk menjadi wilayah camping ground, sehingga tidak heran
jika pada saat liburan sekolah SMP dan SMA bahkan pada saat liburan
perkuliahan, banyak dilakukan para remaja untuk berkemah atau camping. Hal ini
juga sering saya lakukan pada saat SMP, SMA dan kuliah, dimana saya sering
mengisi liburan sekolah atau kuliah dengan berwisata dan bercamping ria di
danau Lau Kawar ini.
*** Mengejar Sun N Rise
Selain Camping, pendaki juga dapat
melakukan pendakian Gunung Sinabung pada tengah malam, sehingga pada saat pagi
hari dapat melihat matahari terbit yang begitu indah di lihat dari atas Gunung
Sinabung. Pendakian ke atas puncak Gunung Sinabung, ditempuh lebih kurang 4-5
jam, dimana kondisi jalan pendakian sangat baik dan pendaki menemukan lokasi
(shelter) ada juga beberapa jalan yang agak terjal dan sedikit rumit
untuk didaki (Cadas). Bahkan pada saat pendaki berada di atas puncak Gunung
Sinabung, angin begitu dingin dan sejuk, walaupun matahari tengah menyinari
diri kita. Suara angin yang berdesir, seperti suara mesin jet pesawat yang
melintasi telinga kita.
Panorama di puncak gunung sinabung tidak
kalah indahnya, puncak kedua tertinggi di Sumatera utara (Sumut) yang memiliki
ketinggian 2.451 m.dpl ini juga merupakan satu-satunya gunung di Sumut yang
berkakikan Danau hanya ditemukan di Sinabung.
Selain panorama Danau Lau Kawar memiliki
pesona alam yang begitu memukau apalagi danau itu bagai dijaga puncak “Lancuk”
(Lancuk adalah salah satu puncak tinggi Karo yang bertetangga dengan gunung
Sinabung). Sinabung juga merupakan salah satu gunung api ber tipe Strato atau
berlapis.
Mendaki Sinabung merupakan pilihan yang
tepat untuk menghilangkan kejenuhan. Sepanjang pendakian menuju puncak masih
ditemukan hutan tropis yang indah alami.Hamparan ladang penduduk yang ditumbuhi
sayur,buah dan bunga-bungaan yang berwarna-warni. Dalam perjalanan di hutan,
kita juga akan merasakan bau khas daun-daun dan pepohonan yang akan ditemui
didalam hutan tropis. Selain itu, kita akan mendengar kicauan burung-burung
yang begitu mengoda kita untuk mengamatinya lebih dekat dengan mengunakan
teropong (binocular). Hampir mencapai puncak akan melalui tantangan berat jalan
setapak bebatuan yang kiri-kanan jurangnya cukup curam.
Gunung Api ini juga memiliki
lembah yang terukir indah dari satu punggungan ke punggungan lain dan tak
hanaya itu, Gunung api ini juga memiliki salah satu puncak yang
paling menantang yakni, puncak Batu Segal. Dikabarkan nama “Batu segal”
diberikan oleh Tetua Karo disekitar kaki gunung. Puncak ini berbentuk pilar
batu yang menjulang tinggi.
Nah, sebelum puas
dengan pesona kawah Sinabung dengan sajuan muntahan uap belerang
yang panas. Kawah itu bernama, Kawah Batu Sigala. Kabarnya kawah itu juag
menyimpan sejuta misteri yang tak terungkap sampai kini.
Sementara di bagian puncak cukup luas
dan terjal itu. Sebelah timur puncak akan terlihat keindahan Danau toba dan
kota Medan dikejauhan. Sebelah baratnya, keindahan danau lau kawar dan hamparan
rumah penduduk disekitar kaki gunung. Dari puncak terlihat perawakan gunung Sibayak
dan jejeran pengunungan Bukit barisan yang indah. Berada di puncak biasanya
suhu rata-rata 15 derajat celcius.
*** Desa Jadi Danau
Di dataran tinggi Karo ini bisa
ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri
khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan
Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172
meter dari permukaan laut.
Dibalik dari sebuah danau lau kawar
terlintas sebuah cerita yang sudah melegenda ke masyarakat umum dimana
sebelumnya danau tersebut merupakan sebuah desa yang akhirnya tenggelam dengan
kemunafikannya yang akhirnya air menggenangi kota dan membentuk danau.
Menurut sebuah cerita yang di amini oleh
masyarakat setempat, jika dulu sekali, ada sebuah desa di Sumatera Utara
yang bernama Desa Kawar, yang subur dan makmur. Suatu ketika, hasil panen
penduduk berlimpah ruah. Para penduduk pun mengadakan acara adat sebagai bentuk
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penduduk desa itu pun bersukacita dengan
menghadiri acara itu. Semua penduduk hadir, terkecuali seorang nenek yang
tengah terbaring sakit di rumahnya. Dimana seluruh anggota keluarga nenek itu
pergi ke pesta dengan meninggalkan sang nenek seorang diri dirumah.
Hingga akhirnya suara yang ramai
dari acara adat sebagai bentuk kegembiraan itu membangunkan si
Nenek. Perutnya terasa lapar. Dengan susah payah, ia turun dari tempat
tidur dan dengan cara beringsut ke dapur untuk mencari makanan. Sayangnya, tak
ada sedikit pun makanan tersedia di dapur.
Nenek itu kembali ke tempat tidur. Ia
sangat sedih karena anak dan menantunya tidak ingat padanya yang tengah
sakit dan berumur uzur itu. Padahal, di tempat pesta, makanan berlebih. Air
matanya pun bercucuran mengetahui hal itu.
Hingga akhirnya pesta makan-makan telah
usai, barulah anaknya teringat jika ibunya pasti lapar karena belum makan. Ia
pun menyuruh istrinya untuk mengirimkan makanan untuk ibu mereka yang
sedang sakit di rumah. Sang istri segera membungkus makanan dan menyuruh
anaknya mengantar makanan itu. Setelah mengantar makanan, anak itu kembali lagi
ke tempat pesta.
Si Nenek sangat senang cucunya datang
membawa makanan. Namun, ia terkejut saat membuka bungkusan tersebut. Isinya
hanya sisa-sisa makanan yang menjijikkan.
Si Nenek sangat sedih. Air matanya
berlinang. Dalam kesedihannya, ia berdoa kepada Tuhan.
“Ya Tuhan, betapa durhakanya mereka
kepadaku. Berikanlah pelajaran yang setimpal kepada mereka!” demikian si Nenek
berdoa.
Tak lama kemudian, terjadilah gempa bumi
yang dahsyat. Petir menyambar dan guntur menggelegar. Hujan turun begitu
derasnya.
Penduduk yang sedang menyelenggarakan
pesta rakyat berlarian dengan panik sambil menjerit-jerit ketakutan. Namun,
hujan semakin deras dan dalam sekejap, Desa Kawar pun tenggelam. Tak ada
seorang pun selamat.
Desa yang subur makmur itu pun berubah
menjadi sebuah kawah besar yang digenangi air kawah itu dinamakan Lau Kawar.
Namun beberapa cerita itu
pun memiliki beberapa versi. Seperti penuturan teman teman yang tergabung
dalam salah satu kelompok pecinta alam di Medan mengatakan bahwa danau ini ada
karena tangisan seorang ibu melihat anaknya Sinabung dan Sibayak terus
berkelahi. Ada juga yang bilang bahwa danau ini merupakan tangisan seorang ibu
yang begitu bersedih karena saat anak dan menantunya mengadakan pesta adat, tak
sedikit pun mengingatnya.
Ada juga yang mengatakan bahwa dulu
hidup seorang nenek yang memilih tinggal di puncak Gunung Sinabung, sementara
anak, cucu dan keluarganya berdiam di kaki gunung. Suatu ketika, keluarganya
mengadakan pesta dan mengutus seorang cucu untuk mengantarkan makanan kepada
sang nenek.
Namun di tengah perjalanan, cucu yang
kelaparan menghabiskan makanan yang dibawanya. Mengetahui hal ini, nenek yang
murka lalu menampar dan menyumpahi cucunya. Karena terus menangis, air mata
cucu tersebut lama-kelamaan akhirnya membentuk sebuah danau.
“Namanya mitos, dongeng, kalau pakai
logika terserah mau percaya atau tidak,” kata Yoedhi tersenyum saat
menghabisan waktu menanti sunset di area camping ground sembari menunjuk arah
danau lau kawar.
Lanjut dia, ada juga beberapa
pantangan di daerah ini. Seperti yang lazim berlaku di mana pun, yakni harus
bersikap dan bicara sopan, dilarang berbuat asusila, memotong anjing, atau
membuang pembalut wanita ke danau.
Kalau dilanggar, maka menurut penduduk
setempat, penunggu danau dan gunung akan marah yang ditandai dengan datangnya
badai